Isi artikel ini diambil dari Kitab Imam Alghazali
Ditulis oleh: Mazni Laila
Dijelaskan dalam suatu hadis bahwa pada suatu hari Malaikat
Jibril datang kepada Nabi saw. Ia berkata: “ Ya rasulullah , aku telah melihat
seorang malaikat berada diatas singgasana. Disekelilingnya terdapat seribu
malaikat yang melayaninya. Setiap hembusan nafas dari malaikat itu
Selengkapnya
Allah
menjadikan satu malaikat. Namun sekarang aku melihat malaikat ituberada diatas
gunung Qaf, sayapnya patah dan
menangis. Ketika dia melihat aku, dia berkata: ‘Apakah anda akan melong aku?’
Jibril berkata Apa kesalahan Anda?’ Dia berkata: ‘Ketika aku berada
disinggasana pada malam mi’raj, Nabi Muhammad lewat di hadapanku. Namun aku
tidak berdiri untu menghormatinya. Lalu Allah menghukum aku dengan hukuman
seperti ini, sebagaimana yang anda lihat. ‘Jibril berkata: ‘maka aku
mendekatkan diri kepada Allah dengan tadharru’ agar aku diperkenankan untuk
memberikan pertolongan kepadanya. ‘Allah swt berfirman: ‘Hai Jibril, katakan kepada
malaikat itu agar membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.’ Jibril berkata: ‘Lalu
malaikat itu membaca shalawat kepada Anda, maka Allah mengampuninya dan
menumbuhkan sayapnya kembali.’”
Ketahuilah, bahwa disebutkan dalam suatu riwayat,
sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dilihat pada hari kiamat,
ialah shalat, jika shalatnya sempurna, maka shalat itu diterima darinya,
beserta seluruh amal yang lainnya. Bila shalatnya kurang, maka dikembalikan
beserta amal-amal yang lain kepadanya.
Ketahuilah, bahwa disebutkan dalam suatu riwayat,
sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dilihat pada hari kiamat
ialah shalatnya ,jika shalatnya sempurna, maka shalat itu diterima darinya,
beserta seluruh amal lainnya. Bila shalatnya kurang, maka dikembalikanlah ia
beserta seluruh amal-amal lain kepadanya.
Nabi saw. Bersabda: “ Perumpamaan shalat wajib itu seperti
timbangan barang siapa yang menyempurnakan, maka dia akan disempurnakan.”
Yazid Ar-Raqasyi berkata bahwa shalat Rasulullah saw. Itu lurus
dan sempurna, seakan-akan ia adalah sebagai timbangan.
Nabi saw. Bersabda: “Sesungguhnya dua orang lelaki dari
umatku menunaikan shalat, keduanya melakukan ruku’dan sujud yang sama. Tetapi
sesungguhnya perbedaan shalat mereka berdua seperti langit dan bumi. Lalu Nabi
saw. Mengisyaratkan pada kekusyu’an ( sebagai hal yang membedakan antara dua
shalat itu ).”
Nabi saw. Bersabda: “Allah tidak akan melihat seorang hamba
yang tidak meluruskan atau menegakkan tulang pungungnya antara ruku’ dan
sujudnya.” Nabi saw.bersabda:”Orang yang shalat tepat waktu, menyempunakan
wudhu’nya, menyempurnakan ruku’,sujud dan kekusyu’annya,maka shalat itu
diangkat naik kelangit dalam keadaan putih bersinar. Ia (shalat ) berkata: ’Semoga
Allah memelihara Anda sebagamana Allah telah memelihara aku. ‘Sementara orang
yag menunaikan shalat tidak tepat waktu, tidak menyempurnakan whudu’nya, dan
tidak pula menyempurnakan ruku’ sujud dan kekusyu’annya, maka shalat itu
diangkat naik kelangit dalam keadaan kondisi yang hitam kelam. Ia ( shalat )
berkata: ‘semoga Allah menyia-nyiakan Anda, sebagaimana anda menyia-nyiakan
aku. Sehingga ketika shalat itu sampai pada suatu tempat yang dikehendaki
Allah, ia menjadi bagaikan pakain usang yang terlipat, lalu dilemparkan
kewajahnya.”
Nabi saw. Bersabda: “Manusia pencuri yang paling buruk
ialah: oarang yang mencuri shalatnya.” Ibnu Mas’ud ra. Berkata, sesungguhnya shalat
itu merupakan ukuran atau timbangan, barang siapa yang menyempunakannya, maka
ia akan yang disempurnakan, dan barang siapa yang mencuranginnya, maka ketahuilah
bahwa Allah swt. Berfirman: “Kecelakaan
besar bagi orang-orang yang curang.” (
QS. Al-Muthafifin: 1 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar