Sabtu, 02 Februari 2013

Tasawuf & Islam


Isi artikel ini diambil dari Kitab Imam Alghazali
Ditulis oleh: Mazni Laila


Dijelaskan dalam suatu hadis bahwa pada suatu hari Malaikat Jibril datang kepada Nabi saw. Ia berkata: “ Ya rasulullah , aku telah melihat seorang malaikat berada diatas singgasana. Disekelilingnya terdapat seribu malaikat yang melayaninya. Setiap hembusan nafas dari malaikat itu
Selengkapnya

Allah menjadikan satu malaikat. Namun sekarang aku melihat malaikat ituberada diatas gunung Qaf, sayapnya patah dan menangis. Ketika dia melihat aku, dia berkata: ‘Apakah anda akan melong aku?’ Jibril berkata Apa kesalahan Anda?’ Dia berkata: ‘Ketika aku berada disinggasana pada malam mi’raj, Nabi Muhammad lewat di hadapanku. Namun aku tidak berdiri untu menghormatinya. Lalu Allah menghukum aku dengan hukuman seperti ini, sebagaimana yang anda lihat. ‘Jibril berkata: ‘maka aku mendekatkan diri kepada Allah dengan tadharru’ agar aku diperkenankan untuk memberikan pertolongan kepadanya. ‘Allah swt  berfirman: ‘Hai Jibril, katakan kepada malaikat itu agar membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.’ Jibril berkata: ‘Lalu malaikat itu membaca shalawat kepada Anda, maka Allah mengampuninya dan menumbuhkan sayapnya kembali.’”

Ketahuilah, bahwa disebutkan dalam suatu riwayat, sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dilihat pada hari kiamat, ialah shalat, jika shalatnya sempurna, maka shalat itu diterima darinya, beserta seluruh amal yang lainnya. Bila shalatnya kurang, maka dikembalikan beserta amal-amal yang lain kepadanya.

Ketahuilah, bahwa disebutkan dalam suatu riwayat, sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dilihat pada hari kiamat ialah shalatnya ,jika shalatnya sempurna, maka shalat itu diterima darinya, beserta seluruh amal lainnya. Bila shalatnya kurang, maka dikembalikanlah ia beserta seluruh amal-amal lain kepadanya.
Nabi saw. Bersabda: “ Perumpamaan shalat wajib itu seperti timbangan barang siapa yang menyempurnakan, maka dia akan disempurnakan.”
Yazid Ar-Raqasyi berkata bahwa shalat Rasulullah saw. Itu lurus dan sempurna, seakan-akan ia adalah sebagai timbangan.

Nabi saw. Bersabda: “Sesungguhnya dua orang lelaki dari umatku menunaikan shalat, keduanya melakukan ruku’dan sujud yang sama. Tetapi sesungguhnya perbedaan shalat mereka berdua seperti langit dan bumi. Lalu Nabi saw. Mengisyaratkan pada kekusyu’an ( sebagai hal yang membedakan antara dua shalat itu ).”

Nabi saw. Bersabda: “Allah tidak akan melihat seorang hamba yang tidak meluruskan atau menegakkan tulang pungungnya antara ruku’ dan sujudnya.” Nabi saw.bersabda:”Orang yang shalat tepat waktu, menyempunakan wudhu’nya, menyempurnakan ruku’,sujud dan kekusyu’annya,maka shalat itu diangkat naik kelangit dalam keadaan putih bersinar. Ia (shalat ) berkata: ’Semoga Allah memelihara Anda sebagamana Allah telah memelihara aku. ‘Sementara orang yag menunaikan shalat tidak tepat waktu, tidak menyempurnakan whudu’nya, dan tidak pula menyempurnakan ruku’ sujud dan kekusyu’annya, maka shalat itu diangkat naik kelangit dalam keadaan kondisi yang hitam kelam. Ia ( shalat ) berkata: ‘semoga Allah menyia-nyiakan Anda, sebagaimana anda menyia-nyiakan aku. Sehingga ketika shalat itu sampai pada suatu tempat yang dikehendaki Allah, ia menjadi bagaikan pakain usang yang terlipat, lalu dilemparkan kewajahnya.”

Nabi saw. Bersabda: “Manusia pencuri yang paling buruk ialah: oarang yang mencuri shalatnya.” Ibnu Mas’ud ra. Berkata, sesungguhnya shalat itu merupakan ukuran atau timbangan, barang siapa yang menyempunakannya, maka ia akan yang disempurnakan, dan barang siapa yang mencuranginnya, maka ketahuilah bahwa Allah swt. Berfirman: “Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang.” ( QS. Al-Muthafifin: 1 ).   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar